Nama saya Anjas, disini saya ingin
menceritakan kisah hidup saya. Saya terlahir sebagai anak pertama dari
pasangan suami istri, saya mempunyai adik bernama sony. Saat kecil ortu saya
hidup kekurangan, bahkan saya minta “ini dan itu” ortu saya selalu saya bilang “iya”
dan “iya”. Tapi, itu tak pernah di wujudkannya. Saya adalah seorang anak yang
cengeng dikarnakan pengaruh didikan ayah saya yang selalu membuat hati saya
down.
Waktu itu, saya kesulitan dalam
belajar dirumah, tapi saat itu Ibu sedang tidak bisa mengajari saya, alhasil
ayah yang turun tangan mangajari saya, sering sekali saya tidak mengerti apa
yang diajarkan oleh ayah tetapi ayah selalu geram dan bahkan tak segan-segan
tangannya memukul kepala saya berkali-kali, saya ingin menangis kencang saat
itu dan saya hanya bisa terdiam ketakutan, tapi yang dikatakan ayah adalah “ayah
melakukan itu supaya otak kamu encer(cerdas) dan tidak bodoh”.
“kata siapa memukul kepala bisa membuat pintar ? bikin
mati iya, klo emang gak pengen saya hadir dalam keluarga ini lebih baik
gugurkan saja saya saat didalam kandungan supaya saya tidak tersiksa seperti
ini” gumam saya di dalam hati.
Hal itu terus berlanjut saat saya
sedang bermain bersama teman saya bernama Wandi. Saat iu saya bermain mencari
ikan di sungai kecil yang dangkal kira-kira hanya setinggi sepinggul anak
kecil, saat mencari ikan tiba-tiba ayah melihat saya bermain di sungai
tersebut, saya langsung dipanggilnya pulang dan setibanya di rumah saya
langsung di omelin sambil disabet menggunakan ikat pinggangnya, saya dimandikan
dan disikat menggunakan sikat besi, betapa perihnya saat itu bergesekan dengan
kulit saya, saya hanya bisa menangis tapi tak diraukannya.
Hal berbeda justru ditunjukkannya
terhadap adik saya Sony, dia selalu dimanjakannya. Apabila saya dan adik
bertengkar selalu saja saya yang disalahkan padahal jelas sekali Sony yang
salah. “breeettttt” buku saya dirobek Sony, sontak saya pun memarahinya, Sony
pun menangis “huhuhuhu”, “kamu tuh bego ya ? adik sendiri di buat menangis”
omel ayah, saya ingin menjelaskan tapi ayah seperti mengacuhkannya. “gak cocok
anda menjadi pemimpin keluarga ini” ucap saya dalam hati.
Saat disekolah pun saya selalu
ditindas dikarenakan saya tidak bisa melawan sebab mental saya sudah terdidik
untuk lemah, tapi saya selalu saja berusaha menghilangkan rasa takut saya tapi
apa daya saya tak mampu, untuk menutupi sisi kecengengan saya berusaha belajar
dan belajar dan hasilnya pun saat saya duduk di kelas 3 SD, saya mampu Ranking
5, mengetahui hal terbut ayah seperti tidak bangga dengan hasil yang saya dapat
dengan kerja keras.
Di sekolah
dasar saya menyukai satu teman wanita bernama Eni, dia anak yang pintar dan
cantik, saya ingin mengungkapkan bahwa saya menyukainya, tapi saya tidak berani
mengakuinya dikarenkan saya takut apabila dia malah menghina saya. Saya hanya bisa
tersenyum melihat wajahnya yang cantik.
Perasaan saya terhadapnya terus berlanjut sampai saya
lulus SD, dan saya pun diharuskan pindah rumah dan harus terpisah dengannya
dikarenakan perekonomian ortu mulai membaik dan meningkat, meski begitu tetap
saja sikap ayah terhadap saya sama saja dan bahkan lebih buruk lagi dan bahkan
Sony makin dimanjakannya.
Tunggu kisah selanjutnya......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar