Sabtu, 02 November 2013

Hidup Ini "Saat-saat SD"



Nama saya Anjas, disini saya ingin menceritakan kisah hidup saya. Saya terlahir sebagai anak pertama dari pasangan suami istri, saya mempunyai adik bernama sony. Saat kecil ortu saya hidup kekurangan, bahkan saya minta “ini dan itu” ortu saya selalu saya bilang “iya” dan “iya”. Tapi, itu tak pernah di wujudkannya. Saya adalah seorang anak yang cengeng dikarnakan pengaruh didikan ayah saya yang selalu membuat hati saya down.

Waktu itu, saya kesulitan dalam belajar dirumah, tapi saat itu Ibu sedang tidak bisa mengajari saya, alhasil ayah yang turun tangan mangajari saya, sering sekali saya tidak mengerti apa yang diajarkan oleh ayah tetapi ayah selalu geram dan bahkan tak segan-segan tangannya memukul kepala saya berkali-kali, saya ingin menangis kencang saat itu dan saya hanya bisa terdiam ketakutan, tapi yang dikatakan ayah adalah “ayah melakukan itu supaya otak kamu encer(cerdas) dan tidak bodoh”.


“kata siapa memukul kepala bisa membuat pintar ? bikin mati iya, klo emang gak pengen saya hadir dalam keluarga ini lebih baik gugurkan saja saya saat didalam kandungan supaya saya tidak tersiksa seperti ini” gumam saya di dalam hati.

Hal itu terus berlanjut saat saya sedang bermain bersama teman saya bernama Wandi. Saat iu saya bermain mencari ikan di sungai kecil yang dangkal kira-kira hanya setinggi sepinggul anak kecil, saat mencari ikan tiba-tiba ayah melihat saya bermain di sungai tersebut, saya langsung dipanggilnya pulang dan setibanya di rumah saya langsung di omelin sambil disabet menggunakan ikat pinggangnya, saya dimandikan dan disikat menggunakan sikat besi, betapa perihnya saat itu bergesekan dengan kulit saya, saya hanya bisa menangis tapi tak diraukannya.

Hal berbeda justru ditunjukkannya terhadap adik saya Sony, dia selalu dimanjakannya. Apabila saya dan adik bertengkar selalu saja saya yang disalahkan padahal jelas sekali Sony yang salah. “breeettttt” buku saya dirobek Sony, sontak saya pun memarahinya, Sony pun menangis “huhuhuhu”, “kamu tuh bego ya ? adik sendiri di buat menangis” omel ayah, saya ingin menjelaskan tapi ayah seperti mengacuhkannya. “gak cocok anda menjadi pemimpin keluarga ini” ucap saya dalam hati.

Saat disekolah pun saya selalu ditindas dikarenakan saya tidak bisa melawan sebab mental saya sudah terdidik untuk lemah, tapi saya selalu saja berusaha menghilangkan rasa takut saya tapi apa daya saya tak mampu, untuk menutupi sisi kecengengan saya berusaha belajar dan belajar dan hasilnya pun saat saya duduk di kelas 3 SD, saya mampu Ranking 5, mengetahui hal terbut ayah seperti tidak bangga dengan hasil yang saya dapat dengan kerja keras.

            Di sekolah dasar saya menyukai satu teman wanita bernama Eni, dia anak yang pintar dan cantik, saya ingin mengungkapkan bahwa saya menyukainya, tapi saya tidak berani mengakuinya dikarenkan saya takut apabila dia malah menghina saya. Saya hanya bisa tersenyum melihat wajahnya yang cantik.

Perasaan saya terhadapnya terus berlanjut sampai saya lulus SD, dan saya pun diharuskan pindah rumah dan harus terpisah dengannya dikarenakan perekonomian ortu mulai membaik dan meningkat, meski begitu tetap saja sikap ayah terhadap saya sama saja dan bahkan lebih buruk lagi dan bahkan Sony makin dimanjakannya.


Tunggu kisah selanjutnya......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar