Dirumah, masih saja ayah bersikap
kasar. Apalagi disaat dia pulang dari pekerjaannya dia mudah sekali emosi, apa
saja yang menurutnya tidak layak dirasakan, dilihat, dan didengarnya sontak
bisa membuatnya sangat emosi. Tapi, saya masih memakluminya mungkin saja itu
hanya dikarenakan oleh kecapean saat pulang dari kerja dan fikirannya pun masih
kacau.
Pagi hari saat disekolah Manda langsung merangkul tangan saya, sambil berkata untuk menawari mempelajari ilmu beladiri silat kepada ayahnya bernama Kahar yang kebetulan ayahnya adalah juara silat se-kabupaten dan saat ini beliau menjadi guru silat,
“hey ayang selamat pagi.” Sapa
Manda dengan riangnya langsung merangkul tangan saya,
“hey ayang, ada apa nih
tumben-tumbenan kamu ceria banget.” Ucap Anjas.
“hmmm yang kamu mau nggak belajar
beladiri supaya bisa melindungi aku hihihihi.” Tanya Manda kepada Anjas dengan
nada manja.
“gimana ya yang, oke yang aku
mau.” Jawab Anjas dengan perasaan cemas.”tapi yang belajar beladiri dimana
yang, emang kamu tahu tempatnya ?” tanya Anjas dengan perasaan ragu antara
ingin belajar dan tidak.
“oh itu sih tenang aja yang,
belajar beladirinya di ayah aku yang nanti malam dan beladirinya juga silat kok
yang beladiri dari Indonesia hehehe......” gurau Manda untuk menghilangkan kecemasan
Anjas.
Malam itu Saya pun langsung pergi
menuju rumah Manda. Sesampainya dirumah Manda, Saya melihat penghargaan dan
medali-medali yang diterima oleh Ayahnya manda atas apa yang selama ini ia
capai dari seni beladiri pencak silatnya. “uumm yah kenalin nih pacar Manda
yang semalem manda ceritain yang mau belajar silat sama Ayah.” Saya
diperkenalkan Manda dengan Ayahnya, “Assalamualaikum om, Saya Anjas pacarnya
Manda anak om.” Menyambut tangan Ayahnya untuk bekenalan dengan perasaan
sedikit grogi. “iya iya, gimana nak Anjas sudah siapkah untuk belajar silat ?”
tanya Om Kahar dengan nada serius, “si...si..sia..ppp..siap Om” dengan jentung
berdebar sesekali menoleh kearah Manda yang tersenyum dan menganggukkan
kepalanya untuk menyemangati Saya.
Saya pun berlatih dengan
sungguh-sungguh hingga Saya pun di uji tanding melawan Om Kahar untuk melatih
mental Saya, beberapa kali Om Kahar menyerang dan Saya hanya bisa bertahan.
“ayo dong serang masa bertahan terus, mana mental kamu...” ucap Om Kahar dengan
nada tinggi untuk membangkitkan mental Anjas. Saya pun termotivasi, lalu
langsung menyerang Om Kahar yang memang sengaja bertahan. Uji tanding pun
selesai dan disaat istirahat Manda mendatangi Saya untuk memberi Saya minum
lalu dikecupnya pipi Saya dan hal tersebut membuat stamina Saya menjadi penuh
lagi.
Di sekolah. Saya, Prabu, Rendi
dan teman-teman cowo yang lain bermain bola menggunakan kaus kaki yang
dikumpulkan menjadi satu menjadi sebuah bola. Kami memainkannya di sebuah
lorong kelas dan dimainkan disaat tidak ada guru melintasi lorong tersebut.
Suatu ketika saat kami sedang asik bermain tiba-tiba saja seorang Guru BK
melewati lorong, dan Dennis yang tidak mengetahui hal tersebut langsung
melepaskan tendangan keras hingga mengenai wajah Guru BK tersebut. Sontak dia
pun langsung marah dan membawa kami keruangannya, hal lucu terjadi kami
dibariskannya per saf-saf seperti barisan solat dan mulut kami pun dimasukkan
kaus kaki dari bola yang kami buat. “nih rasakan enaknya kaus kaki” bentak Guru
BK, kami pun hanya pasrah merasakan aroma kaus kaki yang sudah lama dan bau
terasi bahkan melebihinya. Diluar Manda hanya tersenyum dan menggelengkan
kepalanya serasa berkata ”dasar ayang, kamu sih ada-ada saja bermain bola
dilorong”. Melihat hal tersebut Saya pun hanya tersenyum malu kepadanya sambil
menahan aroma busuk yang ditimbulkan sang kaus kaki.
Keesokan harinya suasana sekolah
yang ramai dan banyak senda gurau saat jam istirahat, ada 2 teman Saya bernama
Reza dan Ipan merencanakan rencana yang bodoh saat di kamar mandi sekolah, Saya
tidak mengetahui rencana apa yang mereka rencanakan. Saya hanya tahu Ipan
bertanya kepada Reza “siap gak lo ??”,”yaelah kecil itu mah.”jawab Reza dengan
percaya dirinya. Tiba-tiba Reza pun berlari kearah pintu yang terbuka sambil
meloncat membelakangi pintu dan terdengar suara “TTUUUTTT” dari tubuh bagian
bawah belakangnya. Reza hanya ketawa-ketawa tapi Ipan langsung ketakutan,
melihat Ipan ketakutan Reza pun kebingungan dan dia pun menoleh, kaget bukan
kepalang ternyata yang dia kentutin adalah Pak Soleh seorang guru biologi.
Langsung dijewernya kedua manusia jahil tersebut. Disaat bersamaan, Sammy
keluar dari pintu sebelahnya dengan ketawa gembira melihat rencana yang
dilakukan Reza dan Ipan untuk mengentutin dia gagal. Reza dan Ipan dibawanya
menuju kantor guru sambil mengoceh membela diri “aduh pak sakit, saya dirusuh
Ipan pak buat ngentutin si Sam” ucap Reza membela diri,”Anjir lo za nyalahin
gw” bentak Ipan. Setelah Itu Saya mengerti ternyata yang direncanakan Reza dan Ipan
adalah untuk ngentutin Sammy saat Sammy keluar dari kamar mandi, tetapi gagal
yang dikentutin oleh Reza bukanlah Sammy melainkan adalah Pak Soleh
hahahaha.....
Malam ini adalah malam minggu
dimana dimalam itu banyak sekali pasangan muda-mudi pergi berpacaran. beda
halnya dengan Saya, hanya nongkrong-nongkrong di pos dengan teman rumah
dikarenakan Manda sedang pergi kerumah saudaranya beserta keluarga. Bosannya malam
minggu hanya menongkrong di pos membuat Andi mengeluarkan Pcnya untuk melepas
kejenuhan, kebetulan juga malam minggu sang satpam tidak berjaga jadi di pos
tidak ada siapa-siapa, faris pun memiliki ide mengumpulkan duit teman-teman
untuk membeli makanan. Saat faris sedang membeli makanan, tiba-tiba saja Aldi
mendapat telfon dari seorang perempuan misterius, suara perempuan tersebut
terdengar lirih penuh mistik seperti suara hantu. Mendapat telfon tersebut
membuat suasana malam itu tiba-tiba saja menjadi seram, Aldi mendapat sms dari
Ibunya untuk segera pulang karena Ibunya sudah pulang kerumah setelah habis
pergi berjalan-jalan. “Al pulang mama udah dirumah nih” bunyi sms tersebut,
tetapi Prabu menakuti Aldi “yakin tuh Ibu lo yang sms karena dari tadi aja Ibu
lo belom lewat, mampus lo di sms setan hahahaha... sampe rumah Ibu lo gak ada
dirumah hahahaha....”. Aldi langsung pulang kerumah tanpa mengubris kata-kata
Prabu. Tidak lama kemudian tiba-tiba saja Aldi kembali lagi ke pos dengan
berlari seperti orang yang sedang dikejar-dikejar. “sial banget, Ibu gue gak
ada dirumah. Bener pa yang lo bilang Prabu.” Ucap Aldi dengan gemetar. Sontak saja
malam yang mistis tersebut semakin mistis saja seakan-akan kami masuk ke sebuah
dimensi dunia lain. Tak lama Faris pun telah kembali membawa makanan dan
suasana mistis pun menghilang begitu saja.
Hari menjelang UN pun semakin
dekat saja, berbagai upaya dilakukan teman-teman supaya bisa lulus UN begitu
juga Manda. Banyak dari mereka yang mengambil bimbel supaya bisa belajar secara
maksimal dan tidak sedikit juga ada oknum yang mencari bocoran jawaban UN demi
lulus dari UN. lain halnya Saya, tidak melakukan hal apapun demi lulus UN dan
hanya menganggap UN itu seperti ujian-ujian lain karena Saya berasumsi “UN itu
jangan dibawa pusing dan jangan takut dengan UN tetapi bawa santai aja, justru
kalau dibawa pusing malah nanti saat hari H semua yang telah dipelajari menjadi
hilang, apabila tidak lulus akan menjadi strees”.
Hari UN pun datang, hari yang
ditunggu-tunggu sekian lama untuk mengukur kemampuan belajar seseorang siswa
selama ini sampai dimana. Teman-teman Saya namyak sekali yang menunjukkan wajah
cemas khawatir dan lain sebagainya. Banyak teman-teman yang mengeluarkan jurus
rahasia yang telah dipersiapkan, jurus tersebut adalah “contekan”. Contekan tersebut
mereka selipkan diberbagai celah yang bisa mereka gapai tetapi tidak diketahui
oleh pengawas.
Hari pengumuman adalah hari yang
menegangkan bagi Saya. Bagaimana tidak, dihari itu segala hal yang menyangkut
rencana kami kedepannya ingin melanjutkan sekolah yang ingin dituju akan
ditentukan apakah rencana kami akan terlaksana atau malah harus mengubur
rencana yang dibuat. Kami dibuatnya menunggu dikarenakan waktu pengumuman yang
selalu diundur dan tidak menentu, sambil menunggu kami siswa laki-laki bermain
bola dilapangan beda halnya dengan siswi perempuan yang sibuk dengan kesibukan
masing-masing. Saat-saat yang ditunggu pun tiba, kami para siswa dan siswi
dikumpulkan di lantai paling atas untuk memberikan pengumunan. Saya menunggunya
dengan perasaan berdebar dan dengan nafas terengah-engah dikarenakan habis
bermain sepak bola. Amplop pun dibagikan ke masing-masing siswa/siswi, kami
membuka isi amplop tersebut. Bukan main, perasaan Saya sangat senang setelah
membaca isi amplop yang menyatakan bahwa Saya lulus, teman-teman pun juga
menunjukkan hal yang sama tetapi mengeksprikannya yang berbeda. Pelukan hangat dari
Manda pun membuat Saya bertambah senang, tetapi ekspresi berbeda pun
ditunjukkan oleh 3 orang teman Saya, dia bernama Galih, Raffi, dan Ray.
Mereka terlihat amat sedih dan
terpukul mengetahui bahwa mereka gagal UN, mereka menjerit seperti orang
kesurupan sebagai tanda bahwa mereka tidak menerima keputusan yang didapat. Bahkan,
Galih dengan nekat berlari ke tepian untuk melompat karena merasa putus asa,
tetapi para dewan guru dan murid yang lain mengejarnya dan berhasil
mencegahnya. Didapatinya Galih pun ternyata telah pingsan, segeralah Galih pun
siuman. Hal yang tak kami sangka adalah bahwa kami lulus 100% dan itu hanyalah keisengan dari dewan guru untuk mereka
dikarenakan mereka bertiga selalu membuat onar disekolah. Kami pun kembali
kerumah masing-masing membawa berita gembira kepada orang tua masing-masing,
tapi justru Saya pergi ke sebuah restoran dahulu untuk merayakan kelulusan. Setelah
itu kami berdua pun pulang.
Perpisahan sekolah pun dilakukan
dengan pergi ke kawah putih dan acara puncak dilakukan di gedung SMP disana
sudah disiapkan panggung. Saat dikawah putih kami bersenang-senang dengan para
dewan guru yang lain, kami bertukar kado, berfoto-foto, bernyanyi-nyanyi, dan
diberikan penyuluhan oleh kepala sekolah untuk memotivasi belajar kami saat di
tingkat yang selanjutnya. Keesokan harinya digedung SMP yang telah disediakan
panggung, kami disuguhkan berbagai lagu, dan kami pun bersama-sama naik ke atas
panggung untuk menyanyikan lagu perpisahan, acara puncak kami diberikan
penghargaan dan berfoto bersama.
Hal yang sangat membuat Saya sangat
sedih adalah harus mengenang segala memori-memori bersama teman-teman dan Saya
teramat sedih harus berbeda sekolah dengan Manda, tak lagi bisa setiap saat
memandangnya, melihat senyum manisnya saat Saya sedih....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar