Selasa, 21 Januari 2014

Hidup ini "saat-saat SMP" part 2



Dirumah, masih saja ayah bersikap kasar. Apalagi disaat dia pulang dari pekerjaannya dia mudah sekali emosi, apa saja yang menurutnya tidak layak dirasakan, dilihat, dan didengarnya sontak bisa membuatnya sangat emosi. Tapi, saya masih memakluminya mungkin saja itu hanya dikarenakan oleh kecapean saat pulang dari kerja dan fikirannya pun masih kacau.

Pagi hari saat disekolah Manda langsung merangkul tangan saya, sambil berkata untuk menawari mempelajari ilmu beladiri silat kepada ayahnya bernama Kahar yang kebetulan ayahnya adalah juara silat se-kabupaten dan saat ini beliau menjadi guru silat,
“hey ayang selamat pagi.” Sapa Manda dengan riangnya langsung merangkul tangan saya,
“hey ayang, ada apa nih tumben-tumbenan kamu ceria banget.” Ucap Anjas.
“hmmm yang kamu mau nggak belajar beladiri supaya bisa melindungi aku hihihihi.” Tanya Manda kepada Anjas dengan nada manja.
“gimana ya yang, oke yang aku mau.” Jawab Anjas dengan perasaan cemas.”tapi yang belajar beladiri dimana yang, emang kamu tahu tempatnya ?” tanya Anjas dengan perasaan ragu antara ingin belajar dan tidak.
“oh itu sih tenang aja yang, belajar beladirinya di ayah aku yang nanti malam dan beladirinya juga silat kok yang beladiri dari Indonesia hehehe......” gurau Manda untuk menghilangkan kecemasan Anjas.

Malam itu Saya pun langsung pergi menuju rumah Manda. Sesampainya dirumah Manda, Saya melihat penghargaan dan medali-medali yang diterima oleh Ayahnya manda atas apa yang selama ini ia capai dari seni beladiri pencak silatnya. “uumm yah kenalin nih pacar Manda yang semalem manda ceritain yang mau belajar silat sama Ayah.” Saya diperkenalkan Manda dengan Ayahnya, “Assalamualaikum om, Saya Anjas pacarnya Manda anak om.” Menyambut tangan Ayahnya untuk bekenalan dengan perasaan sedikit grogi. “iya iya, gimana nak Anjas sudah siapkah untuk belajar silat ?” tanya Om Kahar dengan nada serius, “si...si..sia..ppp..siap Om” dengan jentung berdebar sesekali menoleh kearah Manda yang tersenyum dan menganggukkan kepalanya untuk menyemangati Saya.

Saya pun berlatih dengan sungguh-sungguh hingga Saya pun di uji tanding melawan Om Kahar untuk melatih mental Saya, beberapa kali Om Kahar menyerang dan Saya hanya bisa bertahan. “ayo dong serang masa bertahan terus, mana mental kamu...” ucap Om Kahar dengan nada tinggi untuk membangkitkan mental Anjas. Saya pun termotivasi, lalu langsung menyerang Om Kahar yang memang sengaja bertahan. Uji tanding pun selesai dan disaat istirahat Manda mendatangi Saya untuk memberi Saya minum lalu dikecupnya pipi Saya dan hal tersebut membuat stamina Saya menjadi penuh lagi.

Di sekolah. Saya, Prabu, Rendi dan teman-teman cowo yang lain bermain bola menggunakan kaus kaki yang dikumpulkan menjadi satu menjadi sebuah bola. Kami memainkannya di sebuah lorong kelas dan dimainkan disaat tidak ada guru melintasi lorong tersebut. Suatu ketika saat kami sedang asik bermain tiba-tiba saja seorang Guru BK melewati lorong, dan Dennis yang tidak mengetahui hal tersebut langsung melepaskan tendangan keras hingga mengenai wajah Guru BK tersebut. Sontak dia pun langsung marah dan membawa kami keruangannya, hal lucu terjadi kami dibariskannya per saf-saf seperti barisan solat dan mulut kami pun dimasukkan kaus kaki dari bola yang kami buat. “nih rasakan enaknya kaus kaki” bentak Guru BK, kami pun hanya pasrah merasakan aroma kaus kaki yang sudah lama dan bau terasi bahkan melebihinya. Diluar Manda hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya serasa berkata ”dasar ayang, kamu sih ada-ada saja bermain bola dilorong”. Melihat hal tersebut Saya pun hanya tersenyum malu kepadanya sambil menahan aroma busuk yang ditimbulkan sang kaus kaki.

Keesokan harinya suasana sekolah yang ramai dan banyak senda gurau saat jam istirahat, ada 2 teman Saya bernama Reza dan Ipan merencanakan rencana yang bodoh saat di kamar mandi sekolah, Saya tidak mengetahui rencana apa yang mereka rencanakan. Saya hanya tahu Ipan bertanya kepada Reza “siap gak lo ??”,”yaelah kecil itu mah.”jawab Reza dengan percaya dirinya. Tiba-tiba Reza pun berlari kearah pintu yang terbuka sambil meloncat membelakangi pintu dan terdengar suara “TTUUUTTT” dari tubuh bagian bawah belakangnya. Reza hanya ketawa-ketawa tapi Ipan langsung ketakutan, melihat Ipan ketakutan Reza pun kebingungan dan dia pun menoleh, kaget bukan kepalang ternyata yang dia kentutin adalah Pak Soleh seorang guru biologi. Langsung dijewernya kedua manusia jahil tersebut. Disaat bersamaan, Sammy keluar dari pintu sebelahnya dengan ketawa gembira melihat rencana yang dilakukan Reza dan Ipan untuk mengentutin dia gagal. Reza dan Ipan dibawanya menuju kantor guru sambil mengoceh membela diri “aduh pak sakit, saya dirusuh Ipan pak buat ngentutin si Sam” ucap Reza membela diri,”Anjir lo za nyalahin gw” bentak Ipan. Setelah Itu Saya mengerti ternyata yang direncanakan Reza dan Ipan adalah untuk ngentutin Sammy saat Sammy keluar dari kamar mandi, tetapi gagal yang dikentutin oleh Reza bukanlah Sammy melainkan adalah Pak Soleh hahahaha..... 

Malam ini adalah malam minggu dimana dimalam itu banyak sekali pasangan muda-mudi pergi berpacaran. beda halnya dengan Saya, hanya nongkrong-nongkrong di pos dengan teman rumah dikarenakan Manda sedang pergi kerumah saudaranya beserta keluarga. Bosannya malam minggu hanya menongkrong di pos membuat Andi mengeluarkan Pcnya untuk melepas kejenuhan, kebetulan juga malam minggu sang satpam tidak berjaga jadi di pos tidak ada siapa-siapa, faris pun memiliki ide mengumpulkan duit teman-teman untuk membeli makanan. Saat faris sedang membeli makanan, tiba-tiba saja Aldi mendapat telfon dari seorang perempuan misterius, suara perempuan tersebut terdengar lirih penuh mistik seperti suara hantu. Mendapat telfon tersebut membuat suasana malam itu tiba-tiba saja menjadi seram, Aldi mendapat sms dari Ibunya untuk segera pulang karena Ibunya sudah pulang kerumah setelah habis pergi berjalan-jalan. “Al pulang mama udah dirumah nih” bunyi sms tersebut, tetapi Prabu menakuti Aldi “yakin tuh Ibu lo yang sms karena dari tadi aja Ibu lo belom lewat, mampus lo di sms setan hahahaha... sampe rumah Ibu lo gak ada dirumah hahahaha....”. Aldi langsung pulang kerumah tanpa mengubris kata-kata Prabu. Tidak lama kemudian tiba-tiba saja Aldi kembali lagi ke pos dengan berlari seperti orang yang sedang dikejar-dikejar. “sial banget, Ibu gue gak ada dirumah. Bener pa yang lo bilang Prabu.” Ucap Aldi dengan gemetar. Sontak saja malam yang mistis tersebut semakin mistis saja seakan-akan kami masuk ke sebuah dimensi dunia lain. Tak lama Faris pun telah kembali membawa makanan dan suasana mistis pun menghilang begitu saja.

Hari menjelang UN pun semakin dekat saja, berbagai upaya dilakukan teman-teman supaya bisa lulus UN begitu juga Manda. Banyak dari mereka yang mengambil bimbel supaya bisa belajar secara maksimal dan tidak sedikit juga ada oknum yang mencari bocoran jawaban UN demi lulus dari UN. lain halnya Saya, tidak melakukan hal apapun demi lulus UN dan hanya menganggap UN itu seperti ujian-ujian lain karena Saya berasumsi “UN itu jangan dibawa pusing dan jangan takut dengan UN tetapi bawa santai aja, justru kalau dibawa pusing malah nanti saat hari H semua yang telah dipelajari menjadi hilang, apabila tidak lulus akan menjadi strees”.

Hari UN pun datang, hari yang ditunggu-tunggu sekian lama untuk mengukur kemampuan belajar seseorang siswa selama ini sampai dimana. Teman-teman Saya namyak sekali yang menunjukkan wajah cemas khawatir dan lain sebagainya. Banyak teman-teman yang mengeluarkan jurus rahasia yang telah dipersiapkan, jurus tersebut adalah “contekan”. Contekan tersebut mereka selipkan diberbagai celah yang bisa mereka gapai tetapi tidak diketahui oleh pengawas.

Hari pengumuman adalah hari yang menegangkan bagi Saya. Bagaimana tidak, dihari itu segala hal yang menyangkut rencana kami kedepannya ingin melanjutkan sekolah yang ingin dituju akan ditentukan apakah rencana kami akan terlaksana atau malah harus mengubur rencana yang dibuat. Kami dibuatnya menunggu dikarenakan waktu pengumuman yang selalu diundur dan tidak menentu, sambil menunggu kami siswa laki-laki bermain bola dilapangan beda halnya dengan siswi perempuan yang sibuk dengan kesibukan masing-masing. Saat-saat yang ditunggu pun tiba, kami para siswa dan siswi dikumpulkan di lantai paling atas untuk memberikan pengumunan. Saya menunggunya dengan perasaan berdebar dan dengan nafas terengah-engah dikarenakan habis bermain sepak bola. Amplop pun dibagikan ke masing-masing siswa/siswi, kami membuka isi amplop tersebut. Bukan main, perasaan Saya sangat senang setelah membaca isi amplop yang menyatakan bahwa Saya lulus, teman-teman pun juga menunjukkan hal yang sama tetapi mengeksprikannya yang berbeda. Pelukan hangat dari Manda pun membuat Saya bertambah senang, tetapi ekspresi berbeda pun ditunjukkan oleh 3 orang teman Saya, dia bernama Galih, Raffi, dan Ray.

Mereka terlihat amat sedih dan terpukul mengetahui bahwa mereka gagal UN, mereka menjerit seperti orang kesurupan sebagai tanda bahwa mereka tidak menerima keputusan yang didapat. Bahkan, Galih dengan nekat berlari ke tepian untuk melompat karena merasa putus asa, tetapi para dewan guru dan murid yang lain mengejarnya dan berhasil mencegahnya. Didapatinya Galih pun ternyata telah pingsan, segeralah Galih pun siuman. Hal yang tak kami sangka adalah bahwa kami lulus 100% dan itu hanyalah  keisengan dari dewan guru untuk mereka dikarenakan mereka bertiga selalu membuat onar disekolah. Kami pun kembali kerumah masing-masing membawa berita gembira kepada orang tua masing-masing, tapi justru Saya pergi ke sebuah restoran dahulu untuk merayakan kelulusan. Setelah itu kami berdua pun pulang.

Perpisahan sekolah pun dilakukan dengan pergi ke kawah putih dan acara puncak dilakukan di gedung SMP disana sudah disiapkan panggung. Saat dikawah putih kami bersenang-senang dengan para dewan guru yang lain, kami bertukar kado, berfoto-foto, bernyanyi-nyanyi, dan diberikan penyuluhan oleh kepala sekolah untuk memotivasi belajar kami saat di tingkat yang selanjutnya. Keesokan harinya digedung SMP yang telah disediakan panggung, kami disuguhkan berbagai lagu, dan kami pun bersama-sama naik ke atas panggung untuk menyanyikan lagu perpisahan, acara puncak kami diberikan penghargaan dan berfoto bersama.

Hal yang sangat membuat Saya sangat sedih adalah harus mengenang segala memori-memori bersama teman-teman dan Saya teramat sedih harus berbeda sekolah dengan Manda, tak lagi bisa setiap saat memandangnya, melihat senyum manisnya saat Saya sedih....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar